I. Pendahuluan
Dalam dunia bisnis, Analisa risiko adalah suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Risiko bisnis dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dan membawa dampak yang buruk bagi perkembangan bisnis tersebut.
Oleh karena itu, analisa risiko bisnis sangat penting agar perusahaan dapat mengantisipasi dan mengatasi risiko yang ada.
Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan informasi tentang analisa risiko bisnis dan cara mengatasi risiko yang ada.
Artikel ini akan membahas mengenai bagaimana cara mengidentifikasi, menilai, dan mengatasi risiko bisnis.
Batasan masalah dalam artikel ini adalah pada tahap identifikasi, penilaian, dan cara mengatasi risiko bisnis.
Artikel ini tidak membahas mengenai pengelolaan risiko secara keseluruhan.
II. Definisi Risiko Bisnis
Pengertian Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah suatu potensi kerugian atau resiko yang mungkin terjadi pada suatu perusahaan.
Risiko ini dapat muncul akibat faktor internal maupun eksternal perusahaan.
Pengertian risiko bisnis sangat penting untuk diketahui karena risiko ini dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dan membawa dampak yang buruk bagi perkembangan bisnis tersebut.
Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengantisipasi dan mengatasi risiko bisnis yang ada.
Mengapa Analisa Risiko Bisnis Penting
Risiko bisnis memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan suatu perusahaan.
Risiko bisnis dapat mempengaruhi produktivitas, keuntungan, dan reputasi suatu perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memahami dan mengatasi risiko bisnis yang ada agar dapat berkembang dengan baik.
III. Identifikasi Risiko Bisnis Langkah Awal Analisa Risiko
Identifikasi risiko bisnis adalah proses pemahaman dan penentuan risiko yang mungkin terjadi pada suatu perusahaan.
Ada berbagai cara untuk melakukan Identifikasi risiko bisnis , beberapa yang umum digunakan adalah :
- Metode SWOT
- Ishikawa Diagram (Fishbone Diagram)
- Analisis FMEA
Mari kita bahas satu persatu.
1. Analisa Dengan Metode SWOT
Analisa SWOT adalah suatu analisis yang membantu perusahaan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perusahaan.
Teori ini memiliki empat aspek yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
Strengths (Kekuatan)
Kekuatan adalah faktor internal yang membuat perusahaan unggul dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan pesaing.
Misalnya, keunggulan produk, sumber daya manusia, atau sistem teknologi.
Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan adalah faktor internal yang menjadi kelemahan perusahaan dan membuat perusahaan kurang unggul dibandingkan dengan pesaing.
Misalnya, produk yang kurang inovatif, sumber daya manusia yang kurang berkualitas, atau sistem teknologi yang kurang terintegrasi.
Opportunities (Peluang)
Peluang adalah faktor eksternal yang dapat membantu perusahaan berkembang dan meningkatkan kinerjanya.
Misalnya, adanya pasar baru, teknologi baru, atau perubahan regulasi.
Threats (Ancaman)
Ancaman adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan dan membuat perusahaan mengalami kerugian.
Misalnya, adanya pesaing baru, perubahan regulasi, atau perubahan preferensi konsumen.
Dengan melakukan analisis SWOT, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perusahaan dan membuat perusahaan dapat mempersiapkan solusi untuk mengatasi risiko bisnis yang ada.
2. Ishikawa Diagram (Fishbone Diagram)
Ishikawa Diagram, atau biasa kita menyebutkan sebagai Diagram Segmen atau Fishbone Diagram, adalah suatu alat yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu masalah.
Dalam konteks identifikasi risiko bisnis, Ishikawa Diagram dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber dari risiko bisnis dan membantu perusahaan mengambil tindakan untuk mengatasi risiko bisnis.
Cara kerja Ishikawa Diagram adalah sebagai berikut:
- Pertama, identifikasi masalah utama dan tulis masalah tersebut di ujung kanan diagram.
- Lalu, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dan buat segmen-segmen dari ujung kiri menuju ujung masalah.
- Setelah itu, identifikasi sub-faktor dari masing-masing segmen dan tambahkan segmen-segmen kecil dari ujung masing-masing segmen menuju ujung masalah.
- Lanjutkan proses ini hingga faktor-faktor yang mempengaruhi masalah teridentifikasi semua.
Dengan menggunakan Ishikawa Diagram, perusahaan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis dan membuat perusahaan dapat mempersiapkan solusi untuk mengatasi risiko bisnis yang ada.
Proses identifikasi risiko bisnis ini membantu perusahaan untuk menentukan strategi dan tindakan yang efektif untuk mengatasi risiko bisnis dan memastikan kesuksesan bisnis.
3. Analisa FMEA (Failure Modes and Effects Analysis)
Analisa FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) adalah suatu metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi masalah dan risiko dalam suatu sistem, proses, atau produk.
Dalam hal ini, konteksnya adalah identifikasi risiko bisnis.
Analisa FMEA membantu perusahaan untuk menentukan risiko bisnis dan mengambil tindakan untuk mengatasi risiko bisnis sebelum terjadi masalah.
Cara kerja Analisa FMEA melibatkan beberapa tahap:
- Identifikasi sistem, proses, atau produk: Pertama, perusahaan harus menentukan sistem, proses, atau produk yang akan dianalisis dan menentukan bagian-bagian dari sistem tersebut.
- Identifikasi mode kegagalan: Setelah itu, perusahaan harus menentukan mode kegagalan yang mungkin terjadi pada sistem, proses, atau produk tersebut. Mode kegagalan adalah cara bagaimana sistem, proses, atau produk dapat gagal.
- Identifikasi efek: Selanjutnya, perusahaan harus menentukan efek dari setiap mode kegagalan. Efek adalah dampak yang akan terjadi jika mode kegagalan tersebut terjadi.
- Penilaian risiko: Setelah itu, perusahaan harus menilai risiko dari setiap mode kegagalan dengan memperhitungkan frekuensi dan dampak dari mode kegagalan tersebut.
- Perencanaan tindakan pencegahan: Terakhir, perusahaan harus membuat rencana tindakan pencegahan untuk setiap mode kegagalan yang memiliki risiko tinggi dan memastikan bahwa tindakan pencegahan tersebut dilakukan.
Contoh Analisa FMEA
Supaya lebih jelas mari kita pelajari Analisa FMEA dengan menggunakan contoh.
Perusahaan A ingin memulai bisnis baru dalam bidang pembuatan makanan ringan.
Perusahaan A menggunakan Analisa FMEA untuk menentukan dan mengatasi risiko bisnis yang ada.
- Identifikasi sistem, proses, atau produk: Perusahaan A menentukan bahwa sistem yang akan dianalisis adalah proses pembuatan makanan ringan.
- Identifikasi mode kegagalan: Perusahaan A menentukan mode kegagalan yang mungkin terjadi pada proses pembuatan makanan ringan, seperti mesin pembuat makanan ringan yang rusak, bahan baku kedaluwarsa, dan kurangnya kualitas bahan baku.
- Identifikasi efek: Perusahaan A menentukan efek dari setiap mode kegagalan di langkah sebelumnya, seperti produk yang rusak, produksi yang terhambat, dan kehilangan pendapatan.
- Penilaian risiko: Perusahaan A menilai risiko dari setiap mode kegagalan dengan memperhitungkan frekuensi dan dampak dari mode kegagalan tersebut. Misalnya, risiko dari mesin pembuat makanan ringan yang rusak memiliki skor risiko yang tinggi karena frekuensinya sering terjadi dan dampaknya besar pada produksi.
- Perencanaan tindakan pencegahan: Perusahaan A membuat rencana tindakan pencegahan untuk setiap mode kegagalan yang memiliki risiko tinggi. Misalnya, untuk mengatasi risiko mesin pembuat makanan ringan yang rusak, perusahaan A dapat membuat jadwal pemeliharaan rutin dan melakukan inspeksi secara berkala.
Dengan menggunakan Analisa FMEA, perusahaan dapat memastikan bahwa sistem, proses, atau produk yang diterapkan memiliki tingkat risiko yang rendah dan memastikan kesuksesan bisnis.
Proses identifikasi risiko bisnis ini membantu perusahaan untuk menentukan strategi dan tindakan yang efektif untuk mengatasi risiko bisnis dan memastikan kesuksesan bisnis.
Analisa FMEA adalah alat yang berguna bagi perusahaan untuk membuat analisis risiko bisnis yang sistematis dan menyeluruh.
IV. Penilaian Risiko Bisnis Dalam Melakukan Analisa Risiko
Penilaian Risiko Bisnis adalah proses untuk mengevaluasi risiko bisnis yang telah ditemukan dan memprioritaskan tindakan untuk mengatasi risiko tersebut.
Dalam penilaian risiko bisnis, perusahaan harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti Tingkat Risiko (Risk Level), Probabilitas Terjadinya Risiko (Risk Probability), dan Penentuan Prioritas.
Untuk menilai Risk Level maka kita dapat menentukannya dengan memepertimbangkan Frekuensi dan Dampak Potensial dari setiap risiko.
Untuk lebih jelas mari kita bahas lebih dalam lagi.
Tingkat Risiko (Risk Level)
Risk level adalah suatu peringkat yang menggambarkan tingkat risiko yang terkait dengan suatu aktivitas, proyek, atau bisnis.
Tingkat Risiko digunakan untuk memprioritaskan tindakan pencegahan dan memastikan bahwa perusahaan mengelola risiko bisnis dengan efektif.
Risk level biasanya ditentukan dengan mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu frekuensi kejadian dan dampak potensial dari setiap risiko bisnis.
Risiko bisnis yang memiliki frekuensi kejadian yang tinggi dan dampak potensial yang besar akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dan perlu menjadi prioritas utama bagi perusahaan.
Ada beberapa tingkat risiko yang biasanya digunakan dalam analisa risiko bisnis, antara lain: low risk, medium risk, dan high risk.
Low risk menggambarkan bahwa risiko bisnis memiliki frekuensi kejadian rendah dan dampak potensial yang kecil.
Medium risk menggambarkan bahwa risiko bisnis memiliki frekuensi kejadian sedang dan dampak potensial yang moderat.
High risk menggambarkan bahwa risiko bisnis memiliki frekuensi kejadian tinggi dan dampak potensial yang besar.
Penentuan tingkat risiko bisnis adalah bagian penting dari analisa risiko bisnis karena membantu perusahaan untuk memprioritaskan tindakan pencegahan dan memastikan bahwa risiko bisnis dapat dikendalikan dengan efektif.
Probabilitas Risiko (Risk Probability)
Risk probability adalah suatu perkiraan atau estimasi yang memperkirakan kemungkinan kejadian suatu risiko bisnis.
Ini merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat risiko bisnis dan membantu perusahaan untuk memprioritaskan tindakan pencegahan dan mengelola risiko bisnis dengan lebih efektif.
Sama seperti dalam proses Identifikasi Risiko, Risk probability dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai teknik analisa risiko, seperti Ishikawa diagram, FMEA, atau analisa SWOT.
Dalam setiap teknik, perusahaan dapat memperkirakan tingkat kemungkinan suatu risiko bisnis berdasarkan faktor-faktor seperti data historis, pengalaman, atau perkiraan ahli.
Langkah-Langkah Dalam Menentukan Probabilitas Risiko
Untuk menentukan risk probability, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
- Identifikasi risiko: Pertama-tama, identifikasi risiko bisnis yang mungkin terjadi dalam bisnis Anda.
- Buat skenario: Buat skenario untuk masing-masing risiko yang telah ditemukan dan berkaitan dengan proses bisnis Anda.
- Tentukan tingkat probabilitas: Untuk setiap skenario, tentukan tingkat probabilitas terjadinya risiko. Anda dapat melakukan ini dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti frekuensi terjadinya, tingkat ketergantungan, dan tingkat dampak.
- Atur skala: Buat skala probabilitas terjadinya risiko, misalnya 1-5 atau 1-10, dan atur skor untuk setiap tingkat probabilitas.
- Tentukan skor probabilitas: Berdasarkan skala yang telah dibuat, berikan skor untuk setiap skenario dan risiko. Skor ini akan menunjukkan tingkat probabilitas terjadinya risiko.
Contoh Menentukan Probabilitas Risiko Dalam Melakukan Analisa Risiko
Untuk lebih memperjelas lamgkah-langkah tersebut mari kita lihat dalam sebuah contoh sederhana.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan ingin menentukan tingkat probabilitas risiko terjadinya gangguan pada sistem IT.
Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan tingkat probabilitas terjadinya risiko:
- Identifikasi risiko: Risiko gangguan pada sistem IT.
- Buat skenario: Skenario yang diambil dalam hal ini adalah kegagalan sistem dan kegagalan dalam proses backup data.
- Tentukan tingkat probabilitas: Tingkat probabilitas terjadinya kegagalan sistem adalah 20% karena sistem memiliki tingkat redundansi yang baik, sedangkan tingkat probabilitas terjadinya kegagalan dalam proses backup data adalah 10% karena proses backup data dilakukan secara rutin.
- Atur skala: Skala probabilitas terjadinya risiko ditentukan dari 1-5, dengan 1 menunjukkan probabilitas terendah dan 5 menunjukkan probabilitas tertinggi.
- Tentukan skor probabilitas: Skor probabilitas terjadinya kegagalan sistem adalah 2 karena memiliki probabilitas 20%, sedangkan skor probabilitas terjadinya kegagalan dalam proses backup data adalah 1 karena memiliki probabilitas 10%.
Probabilitas Risiko Berbeda Dengan Likelihood
Probabilitas terjadinya risiko dan likelihood seringkali digunakan secara bergantian dan merujuk pada tingkat kemungkinan terjadinya suatu risiko bisnis.
Namun, ada sedikit perbedaan antara kedua konsep ini.
Probabilitas terjadinya risiko lebih spesifik mengacu pada tingkat kemungkinan suatu risiko bisnis terjadi, biasanya dalam bentuk angka atau persentase.
Misalnya, jika risiko bisnis memiliki probabilitas terjadinya sebesar 60%, maka ini berarti bahwa ada 60% kemungkinan bahwa risiko tersebut akan terjadi.
Sedangkan likelihood merujuk pada tingkat kemungkinan suatu peristiwa terjadi, tetapi tidak selalu dalam bentuk angka atau persentase.
Likelihood biasanya dikategorikan menjadi beberapa level, seperti low, medium, atau high likelihood, untuk membantu dalam menentukan tingkat prioritas suatu risiko.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa probabilitas terjadinya risiko dan likelihood memiliki arti yang hampir sama, tetapi dengan tingkat detail yang berbeda.
Dalam praktiknya, perusahaan biasanya akan menentukan tingkat probabilitas terjadinya risiko dan mengkategorikan risiko berdasarkan tingkat likelihood untuk membantu dalam menentukan tingkat prioritas suatu risiko.
Penentuan Prioritas Tindakan Pencegahan
Langkah terakhir dalam Penilaian Risiko Bisnis adalah menentukan prioritas atas setiap tindakan untuk mengatasi risiko.
Prioritas dalam penilaian risiko bisnis adalah proses menentukan urutan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi risiko berdasarkan tingkat kepentingan dan dampak risiko tersebut.
Dalam hal ini, risiko yang lebih besar dan memiliki dampak lebih buruk harus mendapatkan perhatian yang lebih besar dan harus diterima tindakan secepat mungkin.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas risiko, seperti : Matriks Risiko, Pertimbangan Sederhana dan Analisa Cost Benefit.
Matriks Risiko
Matriks ini menentukan prioritas risiko dengan memperhitungkan probabilitas risiko dan risk level dari risiko tersebut.
Risiko yang memiliki probabilitas tinggi dan dampak besar akan mendapatkan skor tertinggi dan harus menjadi prioritas utama.
Pertimbangan Sederhana
Dalam metode ini, risiko diklasifikasikan sebagai rendah, sedang atau tinggi berdasarkan probabilitas dan dampak.
Risiko dengan skor tinggi harus menjadi prioritas utama.
Analisa Cost-Benefit
Dalam analisa ini, risiko diperhitungkan dengan memperhatikan biaya yang akan dikeluarkan untuk mengatasi risiko dan manfaat yang akan didapatkan.
Risiko dengan potensi manfaat besar dan biaya yang lebih rendah harus menjadi prioritas.
Prioritas risiko yang telah ditentukan membantu perusahaan untuk menentukan tindakan yang harus diambil dan memastikan bahwa sumber daya yang tersedia digunakan secara efisien.
Dengan menentukan prioritas risiko, perusahaan dapat meminimalkan risiko dan memastikan bahwa bisnis berjalan dengan stabil.
V. Mengatasi Risiko Bisnis, Langkah Terakhir Analisa Risiko
Tahap terakhir dalam proses Analisa Risiko Bisnis adalah Mengatasi Risiko Bisnis yang telah teridentifikasi dan telah dinilai sebelumnya.
Ada beberapa solusi yang biasa digunakan untuk mengatasi Risiko Bisnis tersebut, yaitu : Avoidance, Mitigation, dan Transfer Risiko.
Kembali kita akan melihat satu persatu dari solusi-solusi tersebut.
A. Avoidance
Avoidance adalah salah satu cara untuk mengatasi risiko bisnis dengan cara menghindari risiko tersebut secara keseluruhan.
Dalam hal ini, bisnis memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas atau membatalkan proyek yang memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi.
Beberapa cara untuk menghindari risiko bisnis ini meliputi:
- Menolak proyek atau aktivitas tertentu yang memiliki risiko tinggi.
- Membatalkan proyek atau aktivitas yang sedang berlangsung.
- Mengubah perencanaan bisnis untuk menghindari aktivitas atau proyek yang memiliki risiko tinggi.
Avoidance sangat efektif untuk mengatasi risiko bisnis yang memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi dan memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi bisnis.
Namun, bisnis harus mempertimbangkan dengan cermat konsekuensi dari pilihan ini, karena dalam beberapa kasus, menghindari risiko mungkin membatasi peluang dan peningkatan bisnis.
Secara keseluruhan, menghindari risiko bisnis adalah pilihan terakhir setelah mempertimbangkan semua opsi lain untuk mengatasi risiko.
Bisnis harus melakukan evaluasi terperinci dan mencari bantuan dari profesional risiko bisnis sebelum memutuskan untuk menghindari risiko.
B. Mitigasi Risiko
Mitigasi adalah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau meminimalisir dampak negatif dari risiko bisnis yang diidentifikasi.
Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti membuat perubahan dalam proses bisnis, menambah sumber daya, menetapkan prosedur yang lebih baik, atau mengubah strategi bisnis.
Berikut adalah beberapa cara umum untuk melakukan mitigasi risiko bisnis:
1. Memperkuat kontrol intern
Memperkuat kontrol intern dapat membantu meminimalisir risiko bisnis dengan memastikan bahwa proses bisnis berjalan dengan benar dan mengurangi risiko pelanggaran atau kegagalan sistem.
2. Diversifikasi
Diversifikasi dapat membantu meminimalisir risiko bisnis dengan membagi risiko antar beberapa lini bisnis atau produk.
3. Menetapkan Prosedur dan Standar
Menetapkan prosedur dan standar bisnis yang jelas dapat membantu memastikan bahwa proses bisnis berjalan dengan benar dan mengurangi risiko kegagalan.
4. Meningkatkan Sumber Daya
Meningkatkan sumber daya dapat membantu meminimalisir risiko bisnis dengan memastikan bahwa bisnis memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan tugasnya dengan benar.
Mitigasi risiko bisnis adalah proses kontinu yang memerlukan evaluasi terus-menerus dan perubahan tindakan sesuai dengan situasi bisnis yang berubah.
Ini memastikan bahwa bisnis selalu siap mengatasi risiko dan tetap berfungsi dengan baik meskipun situasi bisnis berubah.
C. Transfer Risiko
Transfer risiko adalah strategi untuk mengatasi risiko bisnis dengan memindahkan tanggung jawab untuk mengatasi risiko kepada pihak lain.
Ini dilakukan dengan membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak yang akan menerima tanggung jawab tersebut.
Transfer risiko biasanya dilakukan melalui asuransi atau perjanjian kontraktual.
Asuransi adalah salah satu cara untuk memindahkan risiko kepada pihak ketiga yang bertanggung jawab untuk menanggung kerugian jika terjadi insiden yang tidak terduga.
Dalam hal ini, perusahaan membayar premi asuransi untuk memindahkan tanggung jawab atas risiko tertentu kepada pihak asuransi.
Perjanjian kontraktual adalah cara lain untuk memindahkan risiko.
Dalam hal ini, perjanjian dibuat antara dua pihak untuk memindahkan tanggung jawab atas risiko yang terkait dengan suatu proyek atau bisnis.
Contohnya, sebuah perusahaan yang membuat kontrak dengan vendor untuk menyediakan bahan baku, dapat memindahkan risiko keterlambatan pengiriman kepada vendor.
Meskipun transfer risiko dapat membantu mengurangi tanggung jawab perusahaan terhadap risiko bisnis, transfer risiko juga dapat memiliki beberapa kekurangan.
Misalnya, perusahaan mungkin harus membayar premi asuransi yang tinggi atau membatasi fleksibilitas mereka dalam hal pengambilan keputusan karena perjanjian kontraktual.
Oleh karena itu, transfer risiko harus dikombinasikan dengan strategi lain untuk mengatasi risiko bisnis secara efektif.
VI. Studi Kasus Analisa Risiko Bisnis
Untuk memperjelas semua penjelasan di atas , mari kita buat sebuah contoh studi kasus sederhana.
Berikut adalah contoh proses analisa risiko untuk studi kasus bank A yang ingin melakukan analisa risiko untuk risiko keuangan, risiko operasional, risiko reputasi, risiko peraturan dan pemerintahan, dan risiko lingkungan:
Risiko Keuangan
Contoh Risiko: Kemungkinan terjadinya kerugian akibat penurunan harga saham bank A.
Analisis: Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi risiko keuangan.
Dari analisis, ditemukan bahwa faktor eksternal seperti kondisi ekonomi yang tidak stabil merupakan salah satu penyebab risiko keuangan.
Tindakan: Bank A memilih untuk melakukan diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko keuangan.
Risiko Operasional
Contoh Risiko: Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses bisnis bank A.
Analisis: Analisis Ishikawa dilakukan untuk mengidentifikasi risiko operasional.
Dari analisis, ditemukan bahwa faktor internal seperti kurangnya pelatihan bagi karyawan menjadi penyebab risiko operasional.
Tindakan: Bank A memilih untuk meningkatkan pelatihan bagi karyawan dan melakukan pemantauan yang lebih ketat untuk mengatasi risiko operasional.
Risiko Reputasi
Contoh Risiko: Kemungkinan terjadinya kerugian akibat buruknya citra bank A di mata masyarakat.
Analisis: Analisis FMEA dilakukan untuk mengidentifikasi risiko reputasi.
Dari analisis, ditemukan bahwa faktor internal seperti buruknya pelayanan kepada nasabah menjadi penyebab risiko reputasi.
Tindakan: Bank A memilih untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan melakukan kegiatan sosial dan lingkungan untuk memperbaiki citra bank A di mata masyarakat.
Risiko Peraturan dan Pemerintahan
Contoh Risiko: Kemungkinan terjadinya sanksi dari pemerintah karena melanggar peraturan.
Analisis: Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi risiko peraturan dan pemerintahan.
Dari analisis, ditemukan bahwa faktor eksternal seperti peraturan yang sering berubah menjadi penyebab risiko peraturan dan pemerintahan.
Tindakan: Bank A memilih untuk melakukan pemantauan terhadap peraturan dan pemerintah dan memiliki tim yang memantau perubahan.
VII. Kesimpulan Tentang Analisa Risiko Bisnis
Analisa risiko bisnis merupakan suatu proses penting bagi setiap perusahaan untuk menentukan dan mengatasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam aktivitas bisnis.
Dalam melakukan analisa risiko, perusahaan dapat menggunakan berbagai teknik seperti SWOT, Ishikawa Diagram, dan FMEA.
Setelah risiko-risiko bisnis teridentifikasi, perusahaan dapat melakukan penilaian terhadap risiko-risiko tersebut dengan menentukan risk probability, risk level, dan impact.
Ada berbagai cara untuk mengatasi risiko bisnis, seperti avoidance, mitigasi, dan transfer risiko.
Setiap perusahaan harus serius dalam melakukan analisa risiko bisnis untuk memastikan bahwa aktivitas bisnis berjalan dengan aman dan stabil.
Oleh karena itu, perusahaan harus segera membuat rencana aksi dan memprioritaskan tindakan yang perlu diambil untuk mengatasi risiko-risiko bisnis.
Ini akan membantu perusahaan memastikan kelangsungan bisnis dan membuat perusahaan lebih siap dalam menghadapi situasi-situasi yang tidak diinginkan.
Referensi Artikel Tentang Analisa Risiko Bisnis
Berikut adalah salah satu referensi yang bisa dijadikan dasar untuk mengerti lebih dalam tentang Analisa Risiko Bisnis.