Memahami Risiko Operasional: Aspek dan Cara Mengatasinya
Memahami Risiko Operasional: Aspek dan Cara Mengatasinya

Apa Itu Risiko Operasional?

Risiko operasional adalah tipe risiko yang muncul dari aktivitas internal perusahaan, seperti proses bisnis, sistem informasi, dan sumber daya manusia.

Ini adalah risiko yang berasal dari kegagalan dalam menjalankan tugas harian dan tugas penting perusahaan, seperti kesalahan manusia, kegagalan teknologi, dan kegagalan dalam mengikuti prosedur yang benar.

Definisi secara lebih rinci adalah risiko yang terkait dengan kegagalan dalam menjalankan tugas operasional yang dapat menyebabkan kerugian atau dampak negatif bagi perusahaan.

Ini dapat berupa kerugian finansial, kerugian reputasi, atau kerugian bisnis lainnya.

Contoh risiko operasional meliputi:

  1. Kegagalan dalam menjalankan sistem informasi
  2. Kegagalan dalam melakukan transfer data yang aman
  3. Kegagalan dalam mengikuti prosedur keamanan yang benar
  4. Kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia
  5. Kegagalan dalam melakukan tugas harian secara efisien dan tepat waktu.

Perusahaan harus memastikan bahwa mereka memiliki prosedur dan sistem yang efektif untuk mengelola dan mengatasi risiko operasional agar dapat meminimalisir kerugian dan memastikan kontinuitas bisnis.

aplikasi manajemen risiko

Aspek-aspek Risiko Operasional

Aspek-aspek Risiko Operasional adalah hal-hal yang harus diperhatikan dan diantisipasi dalam setiap aktivitas bisnis untuk menghindari kerugian atau kerusakan.

Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa aspek utama risiko operasional, yaitu aspek teknis, manajerial, regulasi, dan reputasi.

Aspek Teknis

Aspek teknis meliputi risiko yang berasal dari teknologi atau sistem yang digunakan dalam aktivitas bisnis.

Misalnya, kerusakan pada mesin atau sistem yang menyebabkan produksi terhambat, atau gangguan pada sistem informasi yang mengakibatkan data hilang.

Aspek Manajerial

Aspek manajerial melibatkan risiko yang berasal dari kebijakan dan tindakan manajemen.

Misalnya, kebijakan yang tidak sesuai dengan standar atau regulasi, atau kegagalan dalam mengelola sumber daya secara efektif.

Aspek Regulasi

Aspek regulasi mencakup risiko yang berasal dari peraturan dan regulasi yang berlaku dalam bisnis.

Misalnya, ketidakpatuhan terhadap regulasi lingkungan atau ketidakpatuhan terhadap standar keamanan dan kesehatan kerja.

Aspek Reputasi

Aspek reputasi mencakup risiko yang berasal dari citra atau reputasi perusahaan.

Misalnya, pencemaran lingkungan yang mengakibatkan perusahaan dikenal buruk oleh masyarakat, atau tindakan yang tidak etis yang mengakibatkan perusahaan kehilangan kepercayaan konsumen.

Cara Mengidentifikasi Risiko Operasional

Risiko operasional dapat mempengaruhi kinerja bisnis dan membuat perusahaan tidak dapat beroperasi secara efektif.

Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi risiko-risiko tersebut sejak dini dan mengatasinya.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengidentifikasi yang bisa digunakan.

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode untuk mengidentifikasi risiko dengan memperhatikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

Ini membantu perusahaan untuk menilai situasi bisnis dan memastikan bahwa mereka memahami risiko yang terkait dengan bisnis mereka.

Dalam analisis SWOT, perusahaan harus mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi bisnis mereka.

Kekuatan internal adalah aset atau kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat membantu mereka mencapai tujuan bisnis mereka.

Kelemahan internal adalah faktor-faktor yang menghambat kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan bisnis mereka.

Sementara itu, peluang dan ancaman eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan dan dapat mempengaruhi bisnis mereka.

Dalam hal mengidentifikasi risiko, perusahaan harus fokus pada kelemahan internal dan ancaman eksternal.

Kelemahan internal dapat menjadi faktor risiko operasional jika mereka mempengaruhi kinerja bisnis dan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuan bisnis mereka.

Contohnya, jika sistem manajemen risiko perusahaan tidak terintegrasi dengan baik, hal ini dapat menjadi risiko bagi perusahaan.

Demikian juga dengan ancaman eksternal seperti persaingan di pasar atau perubahan regulasi.

Dalam analisis SWOT, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari faktor-faktor tersebut.

Dalam rangka mengidentifikasi melalui analisis SWOT, perusahaan dapat membuat daftar faktor risiko yang diidentifikasi dan menentukan tindakan mitigasi yang harus dilakukan untuk mengatasi risiko tersebut.

Dengan melakukan analisis SWOT secara teratur, perusahaan dapat memahami risiko operasional yang terkait dengan bisnis mereka dan mengambil tindakan proaktif untuk mengatasi hal tersebut.

Analisis Risiko Proses Bisnis

Analisis risiko proses bisnis membantu perusahaan untuk menilai risiko yang terkait dengan proses bisnis mereka.

Ini membantu perusahaan untuk memahami bagaimana risiko dapat mempengaruhi proses bisnis dan bagaimana mereka dapat mengatasi risiko tersebut.

Pada dasarnya, analisis risiko proses bisnis dilakukan dengan melakukan pengamatan pada seluruh tahapan proses bisnis, dari awal hingga akhir.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses tersebut efektif, efisien, dan tidak memiliki risiko yang berbahaya bagi perusahaan.

Pertama-tama, perusahaan harus memetakan proses bisnis secara lengkap, mulai dari proses pengadaan hingga proses pemasaran.

Setelah proses bisnis teridentifikasi, perusahaan dapat mengevaluasi risiko yang mungkin timbul pada setiap tahapannya.

Dalam melakukan analisis risiko proses bisnis, perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik, seperti pengamatan langsung, wawancara, atau analisis dokumen.

Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi risiko seperti proses yang berbelit-belit, proses yang membutuhkan waktu yang lama, atau proses yang menghasilkan produk yang cacat.

Setelah risiko teridentifikasi, perusahaan harus menentukan tindakan mitigasi yang harus dilakukan untuk mengatasi risiko tersebut.

Tindakan mitigasi ini bisa berupa penambahan kontrol, pembaruan prosedur atau kebijakan, atau pengurangan risiko dengan memperbaiki proses bisnis.

Sebagai kesimpulan, analisis risiko proses bisnis merupakan sebuah teknik untuk mengidentifikasi risiko operasional pada perusahaan.

Dengan melakukan analisis risiko proses bisnis, perusahaan dapat memahami risiko yang terkait dengan proses bisnis mereka dan mengambil tindakan proaktif untuk mengatasi risiko tersebut.

Analisis Risiko Sistem

Analisis risiko sistem membantu perusahaan untuk menilai risiko yang terkait dengan sistem bisnis mereka.

Ini membantu perusahaan untuk memahami bagaimana risiko dapat mempengaruhi sistem dan bagaimana mereka dapat mengatasi risiko tersebut.

Analisa ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem yang digunakan oleh perusahaan, yaitu :

  • Sistem Informasi
  • Sistem Manajemen
  • Sistem Produksi

Tujuan analisa risiko pada sistem ini untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul pada sistem tersebut.

Dalam melakukan analisis risiko sistem, perusahaan harus terlebih dahulu memahami sistem yang digunakan dan kemudian mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul pada sistem tersebut.

Misalnya dalam sebuah Sistem Informasi, risiko tersebut bisa berupa kerusakan pada hardware atau software, kegagalan sistem, atau serangan siber yang dapat mengakibatkan kebocoran data.

Dalam melakukan analisis risiko sistem mengenai hal tersebut, perusahaan dapat menggunakan berbagai teknik, seperti analisis ketahanan sistem (system resilience analysis) atau analisis ketahanan siber (cyber resilience analysis).

Analisis Risiko Lingkungan Eksternal

Analisis risiko lingkungan eksternal membantu perusahaan untuk menilai risiko yang berasal dari lingkungan eksternal.

Ini membantu perusahaan untuk memahami bagaimana lingkungan eksternal dapat mempengaruhi bisnis mereka dan bagaimana mereka dapat mengatasi risiko tersebut.

Analisis ini dilakukan dengan memeriksa faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi perusahaan dan mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul akibat faktor tersebut.

Pada dasarnya, analisis risiko lingkungan eksternal dilakukan dengan cara mengamati berbagai kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, dan politik yang mempengaruhi operasi bisnis perusahaan.

Selain itu, analisis risiko lingkungan eksternal juga melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan persaingan pasar, peraturan pemerintah, dan kondisi ekonomi global.

Cara Mengatasi Risiko Operasional

Risiko operasional merupakan suatu hal yang tak terhindarkan dalam sebuah perusahaan atau organisasi.

Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki rencana pengelolaan risiko yang tepat dan efektif untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengatasinya.

Berikut adalah beberapa cara mengatasi risiko operasional yang dapat dilakukan oleh perusahaan.

A.Mitigasi Risiko Operasional

Mitigasi risiko operasional adalah salah satu strategi yang digunakan perusahaan untuk mengurangi dampak risiko tersebut pada bisnis.

Strategi ini dilakukan dengan mengimplementasikan tindakan preventif yang dapat meminimalkan risiko yang muncul dan memaksimalkan kesempatan dalam bisnis.

A.1.Implementasi Prosedur dan Standar Operasi

Prosedur dan standar operasi adalah serangkaian tindakan yang diterapkan untuk mengatur dan mengelola kegiatan bisnis secara sistematis.

Dalam menghadapi risiko operasional, perusahaan dapat mengimplementasikan prosedur dan standar operasi untuk memastikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh staf dilakukan secara konsisten dan sesuai dengan kebijakan perusahaan.

Hal ini dapat membantu mengurangi kesalahan manusia, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengoptimalkan kinerja perusahaan.

A.2.Pendidikan dan Pelatihan Staff

Pendidikan dan pelatihan staf adalah suatu tindakan yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan staf dalam menjalankan tugas-tugas operasional.

Dengan memberikan pelatihan dan pendidikan, perusahaan dapat membantu staf untuk mengenal risiko operasional dan memahami tindakan yang harus diambil untuk mengatasi risiko tersebut.

Hal ini dapat membantu memperkuat kemampuan staf dalam menghadapi risiko yang ada dan meminimalkan dampaknya pada perusahaan.

A.3.Peningkatan Teknologi dan Sistem

Peningkatan teknologi dan sistem adalah suatu tindakan yang diterapkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mengelola risiko operasional.

Dalam menghadapi risiko operasional, perusahaan dapat meningkatkan teknologi dan sistem yang digunakan untuk mengoptimalkan kinerja operasional.

Hal ini dapat membantu perusahaan untuk memperkuat ketahanan sistem dan mengurangi kesalahan manusia dalam mengelola operasi bisnis.

A.4.Diversifikasi Portofolio Bisnis

Diversifikasi portofolio bisnis adalah suatu tindakan yang diterapkan untuk meminimalkan risiko operasional dengan mengalokasikan investasi ke berbagai jenis bisnis yang berbeda.

Diversifikasi dapat membantu perusahaan mengurangi dampak risiko tersebut pada bisnis, karena ketika satu bisnis mengalami risiko, bisnis yang lain masih dapat terus berjalan dengan normal.

B.Transfer Risiko Operasional

Selain dengan Mitigasi untuk mengurangi dampak risiko , perusahaan dapat mempertimbangkan untuk mentransfer risiko tersebut ke pihak lain.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan transfer risiko operasional, di antaranya adalah melalui asuransi, kontrak, dan aliansi bisnis.

B.1.Asuransi

Salah satu cara yang paling umum untuk mentransfer risiko operasional adalah dengan asuransi.

Dalam hal ini, perusahaan membayar premi kepada perusahaan asuransi untuk melindungi mereka dari kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko yang ada

Jika risiko tersebut terjadi, perusahaan akan menerima ganti rugi dari perusahaan asuransi.

Namun, perusahaan harus memperhatikan bahwa tidak semua jenis risiko tersebut dapat ditanggung oleh asuransi, oleh karena itu perusahaan harus mempertimbangkan asuransi dengan cermat.

B.2.Kontrak

Cara lain untuk mentransfer risiko operasional adalah melalui kontrak.

Dalam hal ini, perusahaan menyerahkan sebagian risiko kepada mitra bisnisnya dengan membuat perjanjian tertulis.

Kontrak harus mencantumkan ketentuan tentang pemisahan risiko antara perusahaan dan mitra bisnis, serta mekanisme penggantian kerugian jika risiko tersebut terjadi.

Namun, perusahaan harus memastikan bahwa mitra bisnis memiliki kemampuan untuk menangani risiko yang ditransfer.

B.3.Aliansi Bisnis

Cara lain untuk mentransfer risiko operasional adalah melalui aliansi bisnis.

Dalam hal ini, perusahaan bermitra dengan perusahaan lain yang memiliki keahlian dalam mengelola risiko tertentu.

Aliansi bisnis ini memberikan perusahaan tambahan akses kepada keahlian dan teknologi yang dapat membantu mengurangi risiko.

Namun, perusahaan harus memilih mitra bisnis yang dapat diandalkan dan memiliki integritas yang tinggi untuk memastikan bahwa risiko dapat dikelola dengan baik.

Pendekatan Dalam Proses Manajemen Risiko Operasional

Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam manajemen risiko operasional, yaitu pendekatan top-down, pendekatan bottom-up, dan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM).

Pada bagian ini akan kita mengenal masing-masing pendekatan tersebut.

1. Pendekatan Top-Down

Pendekatan top-down adalah pendekatan yang dimulai dari pihak manajemen yang memutuskan kebijakan dan strategi perusahaan.

Kemudian, risiko yang ada di operasional perusahaan diidentifikasi dan dianalisis oleh pihak manajemen.

Dari hasil analisis tersebut, pihak manajemen akan menentukan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko yang ada.

2. Pendekatan Bottom-Up

Pendekatan bottom-up adalah pendekatan yang dimulai dari pihak karyawan atau staf operasional yang bekerja di lapangan.

Mereka yang mengetahui risiko-risiko yang muncul dalam operasional perusahaan.

Pihak manajemen kemudian mengumpulkan informasi dari karyawan dan staf operasional, kemudian melakukan analisis untuk mengelola risiko yang ada.

3. Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM)

Pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) adalah pendekatan yang melibatkan semua pihak dalam perusahaan.

Semua pihak yang terlibat dalam operasional perusahaan, seperti karyawan, manajemen, pemilik, dan lainnya, turut serta dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang ada.

Pendekatan ERM menempatkan manajemen risiko sebagai bagian dari strategi perusahaan dan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam seluruh aspek operasional perusahaan.

Cara Melakukan Evaluasi dan Monitoring Risiko Operasional

Evaluasi dan monitoring risiko operasional adalah bagian penting dari risk management yang efektif di setiap organisasi.

Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah, risiko operasional dapat timbul dari berbagai faktor, termasuk kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan perubahan dalam peraturan dan kebijakan.

Oleh karena itu, melakukan evaluasi dan monitoring risiko secara teratur merupakan kunci untuk meminimalkan dampak negatif dari risiko tersebut.

Berikut adalah beberapa cara melakukan Evaluasi dan Monitoring Risiko Operasional.

1. Review dan Update Regulasi

Review dan update regulasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan evaluasi dan monitoring risiko operasional.

Regulasi atau kebijakan yang diterapkan dalam organisasi harus selalu diperbarui secara berkala untuk memastikan bahwa aturan dan pedoman yang ada tetap relevan dan efektif dalam mengelola risiko.

Berikut adalah penjelasan detail tentang langkah-langkah review dan update regulasi untuk evaluasi dan monitoring risiko operasional:

  • Tinjau kembali regulasi yang ada: Pertama-tama, langkah yang harus dilakukan adalah meninjau kembali regulasi atau kebijakan yang ada untuk memastikan bahwa semuanya masih relevan dengan kondisi operasional saat ini. Jika ditemukan regulasi yang sudah tidak relevan atau kurang efektif dalam mengelola risiko, maka regulasi tersebut harus segera diperbarui.
  • Identifikasi risiko operasional yang muncul: Setelah regulasi ditinjau kembali, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko operasional yang muncul di dalam organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai departemen dan memeriksa catatan insiden terkait risiko.
  • Evaluasi risiko operasional: Setelah risiko teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi risiko tersebut dengan menggunakan metode evaluasi risiko yang sesuai. Hasil dari evaluasi risiko ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan regulasi atau kebijakan yang perlu diperbarui atau diperkenalkan.
  • Perbarui regulasi: Setelah risiko operasional dievaluasi, langkah selanjutnya adalah memperbarui regulasi atau kebijakan yang ada. Perbaruan ini harus memperhitungkan hasil evaluasi risiko yang telah dilakukan dan harus mencakup langkah-langkah yang efektif untuk mengurangi atau mengelola risiko.
  • Terapkan regulasi baru: Setelah regulasi atau kebijakan yang baru diperbarui, langkah selanjutnya adalah menerapkannya dalam organisasi. Semua karyawan harus diberikan pelatihan terkait dengan regulasi baru, sehingga mereka dapat memahami bagaimana mengikuti aturan dan pedoman yang diperbarui tersebut.
  • Lakukan monitoring secara teratur: Terakhir, setelah regulasi baru diterapkan, langkah selanjutnya adalah melakukan monitoring secara teratur untuk memastikan bahwa regulasi atau kebijakan tersebut efektif dalam mengelola risiko operasional. Jika ditemukan kelemahan atau masalah dalam regulasi baru, maka perbaikan harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari risiko yang lebih besar di masa depan.

2. Melakukan Tes Sistem Secara Berkala

Melakukan tes sistem secara berkala untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional adalah suatu proses di mana sebuah organisasi atau perusahaan akan secara rutin melakukan pengujian dan evaluasi terhadap sistem operasionalnya.

Tujuannya adalah mengidentifikasi risiko yang ada, mengukur sejauh mana sistem tersebut efektif dalam mengelola risiko tersebut, dan memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan yang teridentifikasi.

Tes sistem secara berkala dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk pengujian fisik, pengujian fungsi, dan simulasi situasi darurat.

Dalam pengujian fisik, sistem dan peralatan fisik diuji untuk memastikan mereka berfungsi dengan baik dan aman.

Dalam pengujian fungsi, sistem diuji untuk memastikan bahwa semua fungsi dan fitur yang diharapkan dapat berjalan dengan baik.

Sementara itu, dalam simulasi situasi darurat, organisasi akan membuat skenario simulasi untuk menguji kemampuan sistem operasional dalam menangani situasi darurat atau kegagalan sistem.

Melakukan tes sistem secara berkala juga dapat membantu organisasi dalam memenuhi persyaratan regulasi dan standar industri yang relevan serta memperbaiki kelemahan sistem operasional yang teridentifikasi.

3. Melakukan Audit Eksternal

Melakukan audit eksternal untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional adalah suatu proses di mana suatu organisasi atau perusahaan menggunakan pihak eksternal, seperti perusahaan konsultan atau lembaga audit independen, untuk mengevaluasi sistem pengelolaan risiko yang ada di dalam organisasi.

Tujuan utama dari audit eksternal adalah untuk memastikan bahwa organisasi telah mengelola risiko operasional dengan efektif dan memenuhi persyaratan regulasi dan standar industri yang berlaku.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam melakukan audit eksternal untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional:

a. Penentuan Lingkup Audit

Pihak eksternal dan organisasi yang bersangkutan perlu sepakat dalam menentukan ruang lingkup audit.

Hal ini meliputi identifikasi risiko operasional yang akan diuji, sistem pengendalian risiko yang digunakan, serta dokumentasi yang relevan seperti kebijakan dan prosedur yang terkait.

b. Pengumpulan Data dan Informasi

Pihak eksternal akan mengumpulkan data dan informasi terkait dengan risiko operasional dan sistem pengendalian yang digunakan oleh organisasi.

Hal ini dapat meliputi wawancara dengan karyawan, pemeriksaan dokumen, dan pengamatan langsung terhadap kegiatan operasional.

c. Evaluasi Risiko Operasional

Pihak eksternal akan mengevaluasi risiko operasional yang diidentifikasi dengan menggunakan metode seperti analisis SWOT atau analisis GAP.

Hal ini akan membantu dalam menentukan sejauh mana risiko tersebut telah diidentifikasi dan dikontrol oleh organisasi.

d. Evaluasi Sistem Pengendalian

Pihak eksternal akan mengevaluasi sistem pengendalian yang digunakan oleh organisasi untuk mengelola risiko operasional.

Evaluasi ini meliputi pemeriksaan kebijakan, prosedur, dan dokumen terkait lainnya.

Pihak eksternal juga dapat menguji efektivitas sistem pengendalian yang digunakan.

e. Identifikasi Kelemahan dan Rekomendasi Perbaikan

Setelah melakukan evaluasi risiko operasional dan sistem pengendalian, pihak eksternal akan mengidentifikasi kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.

Rekomendasi perbaikan ini dapat meliputi perubahan pada kebijakan dan prosedur, penambahan sistem pengendalian baru, atau pelatihan karyawan.

f. Pelaporan Hasil Audit

Pihak eksternal akan menyusun laporan hasil audit dan mengirimkannya kepada organisasi yang bersangkutan.

Laporan ini akan berisi temuan audit, rekomendasi perbaikan, dan rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan oleh organisasi untuk mengelola risiko dengan lebih efektif.

Melakukan audit eksternal untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional sangat penting bagi organisasi karena dapat membantu dalam mengidentifikasi kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan.

4. Menerapkan Metodologi Continuous Risk Assessment (CRA)

Menerapkan metodologi Continuous Risk Assessment (CRA) untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional adalah suatu pendekatan yang dilakukan secara terus-menerus dalam mengelola risiko operasional di dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

CRA merupakan suatu proses pengumpulan, analisis, dan pemantauan informasi risiko operasional dengan menggunakan pendekatan yang berkelanjutan dan terus menerus.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam menerapkan metodologi Continuous Risk Assessment (CRA) untuk monitoring dan evaluasi risiko operasional:

a. Identifikasi Risiko

Langkah pertama dalam menerapkan CRA adalah dengan mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi di dalam organisasi atau perusahaan.

Risiko operasional dapat muncul dari berbagai aspek seperti kegagalan teknologi, kesalahan manusia, atau ketidakpatuhan terhadap peraturan dan kebijakan.

b. Analisis Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menganalisis risiko.

Analisis risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, seperti analisis SWOT, analisis FMEA (Failure Mode and Effects Analysis), atau analisis GAP.

c. Penetapan Prioritas Risiko

Setelah risiko diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas risiko.

Prioritas risiko dapat ditentukan berdasarkan tingkat dampak dan kemungkinan terjadinya risiko, serta kemampuan organisasi untuk mengelola risiko tersebut.

d. Pemantauan Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, dianalisis, dan diprioritaskan, langkah selanjutnya adalah memantau risiko secara terus-menerus.

Pemantauan risiko dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti perangkat lunak manajemen risiko atau dashboard risiko yang terintegrasi.

e. Tindakan Perbaikan

Jika terdapat risiko yang teridentifikasi dan dinilai memerlukan tindakan perbaikan, maka organisasi harus segera mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Tindakan perbaikan ini dapat meliputi perubahan pada kebijakan, prosedur, atau sistem pengendalian.

f. Evaluasi Hasil

Langkah terakhir dalam menerapkan CRA adalah melakukan evaluasi hasil.

Evaluasi hasil dilakukan untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan yang telah diambil berhasil mengurangi risiko operasional dan memperbaiki sistem pengendalian risiko yang ada di dalam organisasi.

Menerapkan metodologi Continuous Risk Assessment (CRA) untuk monitoring dan evaluasi risiko merupakan pendekatan yang berkelanjutan dan terus-menerus dalam mengelola risiko operasional.

Dengan menerapkan CRA, organisasi dapat secara efektif mengelola risiko operasional secara proaktif dan responsif.

Hal ini akan membantu organisasi dalam meminimalkan risiko dan memaksimalkan peluang bisnis yang tersedia.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Pada bagian ini kita akan membahas beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Risiko Operasional dalam suatu Organisasi.

a. Perubahan teknologi

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi risiko operasional adalah perubahan teknologi.

Perusahaan yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi dapat menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Teknologi baru dapat membawa perubahan besar dalam cara kerja suatu organisasi, termasuk proses bisnis, proses produksi, dan sistem informasi.

Jika suatu perusahaan tidak memperbaharui sistem teknologi mereka, maka perusahaan tersebut akan berisiko mengalami masalah seperti kegagalan sistem, penurunan produktivitas, dan penurunan kualitas produk atau layanan yang ditawarkan.

b. Perubahan regulasi

Faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko operasional adalah perubahan regulasi.

Setiap perusahaan harus mematuhi peraturan dan undang-undang yang berlaku di negara mereka.

Namun, regulasi dapat berubah seiring waktu dan mengharuskan perusahaan untuk menyesuaikan proses operasional mereka.

Jika perusahaan tidak dapat mematuhi peraturan dan undang-undang yang baru, maka perusahaan akan menghadapi risiko operasional yang lebih tinggi, seperti denda, sanksi, atau tuntutan hukum.

c. Perubahan pasar

Faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko operasional adalah perubahan pasar.

Pasar dapat berubah karena perubahan tren konsumen, persaingan yang lebih intensif, atau keadaan ekonomi yang buruk.

Perusahaan harus dapat menyesuaikan strategi bisnis mereka agar sesuai dengan perubahan pasar.

Jika perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan pasar, maka mereka dapat menghadapi risiko operasional yang lebih tinggi, seperti penurunan pendapatan, kerugian pasar, atau kebangkrutan.

d. Faktor-faktor internal perusahaan

Selain faktor eksternal, faktor internal perusahaan juga dapat mempengaruhi risiko operasional.

Faktor internal yang dapat mempengaruhi risiko operasional meliputi kurangnya pengawasan dan kontrol, kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas, atau kurangnya pelatihan dan pengembangan karyawan.

Perusahaan harus memastikan bahwa sistem pengendalian internal mereka efektif dan memadai untuk mengurangi risiko yang muncul dari faktor internal.

Kunci Sukses dalam Menangani Risiko Operasional

Manajemen risiko operasional yang efektif dapat membantu organisasi untuk mengurangi risiko kerugian, meningkatkan efisiensi, dan memberikan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan.

Untuk itu, ada beberapa kunci sukses dalam menangani risiko yang dapat diterapkan oleh organisasi.

Berikut ini adalah beberapa kunci sukses yang dapat dijadikan acuan.

1. Menerapkan pendekatan manajemen risiko terintegrasi

Pendekatan manajemen risiko terintegrasi adalah pendekatan yang memperhatikan aspek-aspek risiko dalam seluruh operasi organisasi.

Pendekatan ini memastikan bahwa manajemen risiko terintegrasi ke dalam seluruh lini bisnis organisasi dan menjadi bagian dari strategi bisnis.

Dalam pendekatan ini, manajemen risiko tidak hanya menjadi tanggung jawab tim risiko, namun juga menjadi tanggung jawab semua karyawan organisasi.

2. Memiliki kultur risiko yang kuat

Kultur risiko yang kuat adalah kunci sukses manajemen risiko.

Kultur risiko yang kuat berarti bahwa semua karyawan organisasi memahami pentingnya manajemen risiko dan menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari mereka.

Organisasi harus memastikan bahwa karyawan diberikan pelatihan dan pemahaman yang memadai tentang manajemen risiko, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko.

3. Memiliki sistem dan teknologi handal

Sistem dan teknologi yang handal dapat membantu organisasi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko operasional.

Organisasi harus memastikan bahwa sistem dan teknologi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan memenuhi standar keamanan yang diperlukan.

Organisasi juga harus memastikan bahwa sistem dan teknologi yang digunakan terus diperbarui dan ditingkatkan secara teratur agar tetap relevan dan efektif dalam mengatasi risiko operasional yang baru.

4. Melibatkan stakeholder dalam proses manajemen risiko

Stakeholder dalam organisasi, termasuk karyawan, mitra bisnis, dan pelanggan, dapat memiliki dampak langsung pada risiko operasional.

Oleh karena itu, organisasi harus melibatkan stakeholder dalam proses manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko.

Melibatkan stakeholder juga dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang risiko operasional dan meningkatkan keterlibatan dan kepatuhan karyawan dalam menerapkan praktik manajemen risiko.

Kesimpulan dan Penutup

Dalam bisnis, risiko operasional memang tidak dapat dihindari.

Namun, dengan memahami aspek-aspek risiko yang terkait dan cara-cara mengatasinya, perusahaan dapat meminimalkan dampak negatifnya.

Beberapa cara mengatasinya adalah dengan membangun sistem manajemen risiko yang kuat, memperhatikan kepatuhan hukum dan regulasi, serta meningkatkan kualitas SDM dan infrastruktur yang dimiliki.

Selain itu, penting juga bagi perusahaan untuk selalu melakukan evaluasi secara berkala dan memperbarui strategi untuk mengantisipasi risiko yang muncul di masa depan.

Dengan demikian, perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja operasionalnya, mengurangi kerugian yang terjadi akibat risiko, dan mencapai tujuan bisnis yang diinginkan.

Oleh karena itu, bagi para pemimpin perusahaan dan praktisi manajemen risiko, penting untuk terus meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengatasi risiko operasional.

Dengan begitu, perusahaan dapat mengoptimalkan kinerja operasionalnya dan menghasilkan keuntungan yang lebih baik.

Jangan ragu untuk terus belajar dan mengembangkan diri dalam mengelola risiko , karena hal ini akan sangat berdampak pada keberlangsungan bisnis di masa depan.

aplikasi manajemen risiko

referensi lengkap bisa dibaca pada : operational risk - wikipedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

 - 
Arabic
 - 
ar
Bengali
 - 
bn
German
 - 
de
English
 - 
en
French
 - 
fr
Hindi
 - 
hi
Indonesian
 - 
id
Portuguese
 - 
pt
Russian
 - 
ru
Spanish
 - 
es

Ingin konsultasi & demo? Hubungi riskindo57@gmail.com atau contact 0858-8338-2887